Friday, 6 May 2011

kebahagiaan rumah tangga

Rumah Tangga Bahagia PDF Cetak E-mail
Kamis, 05 Pebuari 2009 09:06
rtbsDari sudut pandang ajaran Buddha, pernikahan bukanlah sesuatu yang suci ataupun tidak suci. Ajaran Buddha tidak menganggap pernikahan sebagai suatu kewajiban religius maupun sebagai suatu hal yang sakral yang ditakdirkan di surga. Seorang kritikus berkata, ketika beberapa orang percaya bahwa pernikahan telah direncanakan di surga, beberapa orang lainnya berkata bahwa pernikahan dicatat pula di neraka. Pernikahan pada dasarnya merupakan hak pribadi dan sosial, bukan suatu kewajiban. Seorang lelaki maupun perempuan memiliki kebebasan memilih untuk menikah atau tetap hidup sendiri. Hal ini tidak berarti kalau ajaran Buddha menentang pernikahan. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang akan berkata bahwa pernikahan adalah hal yang buruk dan tidak ada ajaran agama apapun yang menentang pernikahan.
Kata Pengantar
liang kubur, manusia selalu sibuk dalam mengejar kebahagiaan hidup. Kita bekerja serta berjuang keras untuk mencapai kebahagiaan, dan kebanyakan tanpa mengetahui apa makna sesungguhnya dari kebahagiaan itu sendiri, karena kebodohan kita akan hakekat kehidupan ini. Meskipun semua ajaran agama memberikan nasehat dan panduan bagi umat-umatnya untuk diamalkan guna memperoleh kebahagiaan hidup di dunia, kerap kali nasehat-nasehat dan panduan-panduan ini diabaikan oleh karena ketamakan, kebencian, dan kebodohan baO n manusia. Banyak orang yang mengalami tekanan dan penderitaan berharap dan berdoa untuk memperoleh kebahagiaan dalam kehidupan ini dan setelahnya; sementara yang lain, meskipun telah menikmaO begitu banyak kebahagiaan di dunia, masih belum puas dan mendambakan kebahagiaan abadi di alam surga setelah meninggalkan dunia ini. Bagi manusia biasa, seperO kanak-kanak, mereka kesulitan untuk membedakan antara kebahagiaan dengan kenikmatan. Baginya, apa saja yang memberikan kenikmatan berarO sama dengan memberikan kebahagiaan, dan untuk menjadi bahagia adalah dengan memperoleh kenikmatan.

Kerap kali, kita menganggap masa kanak-kanak sebagai masa penuh kebahagiaan. Sebenarnya, sebagai anak-anak kita belum memahami apa kebahagiaan itu. Di bawah naungan orangtua, kita melewaO hari-hari penuh kesenangan yang O dak diragukan lagi memang memberikan kenikmatan. KeO ka kita memasuki masa remaja, perubahan terjadi dalam cara berpikir dan bentuk tubuh yang menyebabkan kita memperhaO kan keberadaan lawan jenis kita, dan kita mulai mengalami jenis ketertarikan baru yang menimbulkan emosi-emosi yang bergejolak. Di saat yang sama, rasa ingin tahu mendorong kita untuk mencari penjelasan tentang kenyataan hidup ini, melalui diskusi­diskusi dan membaca buku. Tak lama kemudian, Oba-O ba kita menemukan diri kita sudah berada di ambang masa dewasa, masa penOng dalam hidup keOka kita mencari pasangan hidup yang cocok untuk memulai suatu hubungan, yang akan menguji seluruh kualitas hidup yang telah kita pelajari sebelumnya. Cinta, seks, dan pernikahan kemudian menjadi hal yang sangat penOng yang akan menentukan kualitas kehidupan pernikahan kita. Pemuda-pemudi saat ini berhadapan dengan berbagai macam pengaruh “Barat” yang disebarkan melalui media massa seperO buku dan majalah, televisi, kaset video dan . lm, mengakibatkan munculnya pandangan yang keliru terhadap cinta, seks, dan pernikahan. Kebajikan dan nilai moral “Timur” kuno terkikis sedikit demi sedikit menghadapi pengaruh-pengaruh ini. Beragam perilaku yang dahulu Odak pernah terdengar atau yang Odak pernah dilakukan oleh generasi sebelumnya, telah menjadi hal yang umum di dalam masyarakat dewasa ini. Apakah pengaruh “Barat” benar-benar bertanggung jawab atas hal ini; atau haruskah orangtua disalahkan atas perilaku salah anak-anak mereka, karena Odak menuntun dan mengawasi mereka?

Di dalam buku ini, dijelaskan bahwa kebanyakan program televisi dan . lm itu Odaklah menunjukkan cara berpikir dan berOndak yang sesungguhnya dari kebanyakan orang baik-baik di Barat, dan bahwa sebenarnya terdapat banyak “mayoritas diam” dari pasangan Barat yang baik-baik yang sangat religius dan “konservaOf” terhadap cinta, seks, serta pernikahan sebagaimana halnya dengan pasangan “Timur”. Jika orang-orang muda kita hendak mengikuO Barat, mereka disarankan untuk mengikuO “mayoritas diam” ini, yang sebenarnya Odak berbeda dengan beberapa tetangga baik-baik mereka yang Onggal di sebelah. Kehidupan modern dipenuhi dengan berbagai macam ketegangan dan tekanan. Tak diragukan, kerap kali ketegangan dan tekanan inilah yang menimbulkan masalah dalam banyak kehidupan pernikahan. Jika suatu analisis yang memadai dilakukan terhadap akar permasalahan-permasalahan sosial seperO seks di luar pernikahan, hamil muda, pernikahan tak bahagia dan perceraian, pelecehan seksual terhadap anak dan pertengkaran suami istri, kita menemukan bahwa hal ini terutama bersumber dari keegoisan dan kurangnya kesabaran, toleransi dan pengerOan bersama. Dalam Sigalovada Su.a, Sang Buddha memberikan nasehat baik tentang bagaimana menjaga kedamaian dan keharmonisan di dalam rumah antara suami dan istri guna membentuk kehidupan pernikahan yang bahagia. Tanggung jawab orangtua terhadap anaknya dan kewajiban anak terhadap orangtuanya juga dengan jelas disebutkan dalam Su.a sebagai panduan yang bermanfaat untuk mencapai rumah tangga bahagia. Di dalam buku ini, Y.M. K. Sri Dhammananda menekankan poin penOng bahwa pernikahan adalah kerja sama antara dua individu dan bahwa kerja sama ini tumbuh dan berkembang keOka individu yang terlibat di dalamnya dapat berkembang. Dalam sudut pandang ajaran Buddha, pernikahan berarO saling memahami dan menghormaO keyakinan dan keleluasaan pribadi satu sama lain. Saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk menerbitkan buku seperO ini yang memberikan para pengikut ajaran Buddha, khususnya para pemuda, pemahaman yang jelas terhadap hal-hal penO ng dalam hidup seperO cinta, seks dan pernikahan, yang O dak hanya akan membantu mereka membentuk kehidupan pernikahan yang bahagia, namun juga membantu mereka dalam menjalani kehidupan yang damai dan bahagia.

Mewakili ‘Buddhist Missionary Society’, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada anggota­anggota kami atas segala bantuan dan layanan yang diberikan guna mempersiapkan buku ini. Terima kasih sebesarnya juga kami sampaikan kepada: Mr. Vijaya Samarawickrama selaku editor; Mr. Teh Thean Choo, Miss Quah Pin Pin dan Mrs. Chong Hong Choo atas bantuannya yang berharga; dan Mr. Paw Oo The. dari Burma atas desain sampulnya. Tan Teik Beng JSM, SMS, KMN, PKT Wakil Presiden, Buddhist Missionary Society Mantan Direktur, Departemen Pendidikan, Selangor 20 Desember 1986

Tips Rumah Tangga Bahagia: Jauhi 8 Sifat Istri yang Dibenci Suami

KUNCI utama rumah tangga bahagia adalah adanya saling cinta dan kasih sayang antara suami dan istri. Sang suami akan menghargai dan memberikan segenap cinta dan kasih sayang kepada istrinya, jika kaum wanita pun memberikan cinta dan penghargaan kepada suaminya. Demikian pula sebaliknya.

Agar istri tidak kehilangan rasa cinta dan rasa hormat suaminya, maka seorang istri harus mengetahui dan menjauhi sifat-sifat wanita yang dibenci suami. Di antara sifat-sifat tersebut yang paling menonjol, sebagaimana ditulis Shabah Sa’id dalam bukunya Az-Zaujah Al-Mubdi’ah wa Asrar Al-Jamal, antara lain:

1. Istri yang sibuk dengan dirinya sendiri.

Istri seperti ini biasanya menjauhi segala urusan suami, dan lebih mementingkan urusan serta kegemarannya sendiri. Pada dasarnya, istri seperti ini merasa nyaman setiap kali dia bisa menyendiri, serta bisa menjaga segala apa yang dia dengar, dia lihat, dan dia sentuh untuk diri sendiri. Boleh jadi hal ini merupakan akibat adanya penyakit psikis yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.

…Istri seperti ini adalah istri yang mengabaikan eksistensi suaminya. Karena dia selalu tidak meminta saran suaminya, atau tidak melibatkannya dalam urusan keluarga…

2. Istri yang suka mendominasi.

Istri seperti ini adalah istri yang mengabaikan eksistensi suaminya. Karena dia selalu tidak meminta saran suaminya, atau tidak melibatkannya dalam urusan keluarga. Dia senantiasa menjalankan sendiri segala urusan keluarga dan urusan rumah dengan tanpa memandang pendapat suami.

Di sini, seorang suami akan merasa bahwa jati dirinya telah hilang, sebab yang bisa dia lakukan untuk kebaikan rumah atau anak-anaknya hanya menyerah saja, atau mengabaikan keberadaan dirinya. Pria semacam ini, jika tidak memisahkan dirinya dari istri seperti itu, bisa jadi dia akan berusaha mencari, atau mendapatkan apa yang dia inginkan selama ini dari wanita lain.

3. Istri yang gemar berdusta.

Salah satu hal yang mesti dimiliki dalam hubungan pernikahan adalah unsur kejujuran dalam segala hal. Ini mengingat, kejujuran merupakan salah satu pilar ketenteraman dan kebahagiaan. Di luar sana terdapat banyak wanita yang gemar berdusta. Mereka menjadikan dusta sebagai hobi atau sebagai dalih karena takut sesuatu. Namun apa pun alasannya, dusta dan tipu daya adalah dua hal yang paling dibenci kaum pria. Meskipun terkadang seorang pria menerima tindakan dusta dari istrinya karena satu atau lain hal, namun penerimaan seorang suami terhadap sifat buruk itu biasanya disertai dengan pandangan meremehkan.

4. Istri yang kejam/galak.

Istri semacam ini adalah istri yang begitu mudahnya memberikan hukuman kepada suaminya, ketika suaminya melakukan suatu hal tertentu. Istri seperti ini terus-menerus meresahkan suaminya, sebab karakter permusuhannya tersebut. Selain itu, istri seperti ini akan terbiasa mengeluarkan kata-kata pedas, keras, dan kasar kepada tetangga, teman-teman, dan anggota keluarganya. Istri yang kejam, tentunya menimbulkan banyak masalah bagi suaminya, bahkan bagi anak-anaknya pula. Sehingga tertanam dalam jiwa anak-anaknya sikap tidak senang dan akan menjauh dari ibunya.

…Istri galak, begitu mudahnya memberikan hukuman kepada suaminya, ketika suaminya melakukan suatu hal tertentu. Istri seperti ini selalu meresahkan suaminya…

5. Istri yang menyulitkan.

Wanita semacam ini terbiasa hidup dalam suasana kehidupan yang penuh dengan perilaku buruk, gejolak rumah tangga, senantiasa menciptakan benih-benih perselisihan. Sebab setiap kata yang terlontar dari mulut suaminya yang berisi perintah terhadap hal penting yang mesti dilakukan istrinya, ternyata istrinya malah menepis semua perkataan suaminya dan menolak bertanggungjawab atas hal itu. Sehingga seringkali dia menciptakan kesulitan dan menyulut pertikaian antara dirinya dengan suaminya. Dalam kondisi demikian, sang suami lebih mengutamakan untuk menjauh dari rumah, atau barangkali dia akan tetap di rumah dan ikut-ikutan dengan sifat buruk istrinya.

6. Istri yang pasif.

Istri semacam ini akan membiarkan dan menyerahkan segala urusan kepada suaminya, sehingga suaminya menjalankan seluruh urusan keluarga dan rumah tangga. Peran istri hanya terbatas menjalankan instruksi-instruksi suaminya. Dia senantiasa menyerah dalam segala hal, seakan-akan dia menuntut suaminya agar lebih berkuasa dengan tanpa berusaha menunjukkan perannya atau keberadaannya sedikit pun terhadap suaminya, padalah dia adalah pasangan hidup bagi suaminya.

7. Istri yang keras kepala.

Istri semacam ini adalah istri yang keras kepala dalam segala hal, dan dia terus berlindung di balik sifatnya yang keras kepala itu. Sebab dia mendapatkan kenyamanan pada dirinya ketika dia bersikeras mengikuti pendapatnya, sekalipun itu salah. Di samping itu, melalui cara itulah dia mendapatkan kepuasan diri. Misalnya, andai suaminya menginginkan satu jenis makanan, dia terus-menerus menyiapkan jenis makanan lainnya, sekalipun sebenarnya jenis makanan itu juga tidak disukainya. Wanita semacam ini adalah wanita yang paling dibenci kaum laki-laki.

…Istri yang keras kepala dalam segala hal adalah wanita yang paling dibenci kaum laki-laki…

8. Istri yang menggemari rutinitas.

Istri semacam ini adalah sosok yang menganggap bahwa pernikahan adalah akhir dari segala kehidupannya. Sebab segala ambisi dan keinginannya telah dipendam dalam-dalam pasca menikah. Menurutnya, setelah menikah tidak ada lagi keinginan dan ambisi. Dengan begitu, dia beranggapan bahwa hari ini sama dengan hari kemarin, dengan artian, bahwa segala sesuatu dalam kehidupan pernikahan hanya sarat dengan rutinitas yang teratur dan monoton.

Hal-hal di atas adalah bagian dari sifat-sifat istri yang paling dibenci kaum suami. Oleh karena itu, hendaknya para istri kembali meniti kembali gaya hidupnya dengan menjauhi sifat-sifat di atas, demi meraih kebahagiaan dan ketenteraman kehidupan rumah tangga.

Perkawinan merupakan wujud menyatunya dua sejoli ke dalam satu tujuan yang sama. Dan salah satu tujuan perkawinan adalah mencapai kebahagiaan yang langgeng bersama pasangan hidup. Namun, jalan menuju kebahagiaan tak selamanya mulus. Banyak hambatan, tantangan, dan persoalan yang terkadang menggagalkan jalannya rumah-tangga. Nah, bagaimana kita mengantisipasi supaya mahligai rumah-tangga kita tidak goyang? Inilah 10 tips menuju perkawinan yang bahagia.

1. Cinta
Cinta merupakan energi yang dahsyat untuk mengembangkan dan menyempurnakan kepribadian Anda dan suami. Cinta akan membantu membuang semua rintangan yang muncul di tengah perjalanan rumah tangga. Perkawinan yang dibangun tanpa landasan cinta sebetulnya adalah omong-kosong belaka. Meski bukan satu-satunya syarat, cinta sangat berperan dalam membangun perkawinan yang langgeng. Maka, cinta dalam perkawinan adalah sesuatu yang mutlak dan harus.

2. Seiman
Cinta saja tentu belum cukup untuk menciptakan perkawinan yang bahagia. Prinsip memilih suami yang seiman juga merupakan salah satu kunci dalam mencapai kebahagiaan rumah tangga. Memang, banyak pula pasangan suami-istri beda agama yang juga bisa bahagia menjalani perkawinannya. Namun, sebaiknya jangan anggap enteng soal satu ini. Bisa-bisa, Anda dan suami akhirnya jalan sendiri-sendiri, sesuai iman masing-masing. Belum lagi kehadiran anak. Persoalan agama apa yang akan dianut anak seringkali juga memicu perdebatan yang panjang.

3. Saling percaya
Tanpa rasa saling percaya antara pasangan suami-istri, perkawinan tentu tak akan berjalan mulus. Rasa saling percaya akan mengantarkan Anda pada perasaan aman dan nyaman. Kuncinya, jangan sia-siakan kepercayaan yang diberikan suami Anda. Istri tak perlu mencurigai suami, dan sebaliknya, suami juga tak perlu mencurigai istri. Membangun rasa saling percaya juga merupakan perwujudan cinta yang dewasa.

4. Seks
Perkawinan tanpa seks bisa dibilang seperti sayur tanpa garam. Hambar. Ya, seks memang perlu. Dan meski aktivitas seks sebetulnya bertujuan untuk memperoleh keturunan, namun manusia perlu juga mengembangkan seks untuk mencapai kebahagiaan bersama pasangan hidupnya. Prinsip hubungan seks yang baik adalah adanya keterbukaan dan kejujuran dalam mengungkapkan kebutuhan Anda masing-masing. Intinya, kegiatan seks adalah untuk saling memuaskan, namun perlu dihindari adanya kesan mengeksploitasi pasangan. Kegiatan seks yang menyenangkan akan memberikan dampak positif bagi Anda berdua.

5. Ekonomi
Hampir sebagian besar waktu dalam keluarga dewasa ini, khususnya pasangan suami-istri muda perkotaan, adalah untuk mencari nafkah. Artinya, tak bisa dipungkiri bahwa faktor ekonomi tak bisa dianggap remeh. Bayangkan, apa yang bakal terjadi seandainya rumah tangga tak didukung oleh topangan ekonomi yang memadai. Mengatur ekonomi secara benar juga akan memberikan perasaan aman dan bahagia.

6. Kehadiran anak
Anak adalah karunia Illahi yang tak terkirakan nilainya. Perkawinan tanpa kehadiran anak seringkali memicu persoalan tersendiri. Banyak keluarga atau pasangan suami-istri yang sulit mendapatkan anak dan mati-matian berupaya dan berikhtiar agar mempunyai keturunan. Kehadiran seorang anak juga membuat suami-istri memiliki keterikatan dan tanggung jawab untuk membesarkan, merawat dan mencintai bersama-sama 7. Hindari pihak ketiga
Kehidupan perkawinan merupakan otonomi tersendiri, yang sebaiknya tak dicampuri oleh pihak lain, apalagi pihak ketiga. Kehadiran pihak ketiga yang ikut campur tangan atau mempengaruhi dan masuk ke wilayah otoritas keluarga, bisa menciptakan bencana bagi rumah tangga tersebut. Banyak contoh keluarga yang hancur gara-gara pihak ketiga ikut main di dalamnya. Entah campur tangan mertua, saudara ipar, kekasih simpanan, tetangga, dan sebagainya.
8. Menjaga romantisme
Terkadang, pasangan suami-istri yang sudah cukup lama membangun mahligai rumah tangga tak lagi peduli pada soal yang satu ini. Tak ada kata-kata pujian, makan malam bersama, bahkan perhatian pun seperti barang mahal. Padahal, menjaga romantisme dibutuhkan oleh pasangan suami-istri sampai kapan pun, tak cuma ketika mereka berpacaran. Sekedar memberikan bunga, mencium pipi, menggandeng tangan, saling memuji, atau berjalan-jalan menyusuri tempat-tempat romantis akan kembali memercikkan rasa cinta kepada pasangan hidup Anda.
9. Komunikasi
Komunikasi juga merupakan salah satu pilar langgengnya hubungan suami-istri. Hilangnya komunikasi berarti hilang pula salah satu pilar rumah tanga. Bagaimana mungkin hubungan Anda dengan suami akan mulus jika menyapa pun Anda enggan. Jika rumah tangga adalah sebuah mobil, maka komunikasi adalah rodanya. Tanpanya, tak mungkin rasanya rumah tangga berjalan.

10. Saling memuji dan memperhatikan
Meski sepele, pujian atau perhatian sangat besar pengaruhnya bagi suami, dan sebaliknya. Ucapan bernada pujian akan semakin memperkuat ikatan suami-istri. Tanpa pujian atau perhatian, bisa-bisa yang ada hanya saling mencela dan merendahkan. Pasangan Anda pun akan merasa dihargai. Memuji tak butuh biaya atau ongkos mahal, kok. Yang dibutuhkan adalah ketulusan dan rasa cinta pada suami.

Thursday, 5 May 2011

Pencerah Hati
Meskipun sangat menarik sebagai hiburan, kisah-kisah Sufi tidak pernah sekedar dianggap sama dengan fabel, legenda atau folklore. Kisah-kisah ini memiliki wit (ketangkasan pikiran), susunan, dan daya pikat yang sebanding dengan cerita terbaik kebudayan manapun; namun fungsinya sebagai cerita-nasehat Sufi hanya sedikit sekali dikenal dalam dunia modern sehingga tidak ada istilah teknis maupun populer untuk kisah-kisah semacam ini.

Selagi Anda membaca dan mencoba memahami cerita-cerita yang diungkapkan dalam bahasa samar Sang Guru ini, Anda mungkin secara tidak sengaja akan bertemu dengan ajaran hening yang tersembunyi didalamnya. Inilah makna kebijaksanan yang dimaksud, yakni bahwa Anda diubah tanpa usaha untuk berubah sedikit pun, dan ditransformasikan - percaya atau tidak - hanya dengan menyadari kenyatan yang tidak berupa kata-kata.

Jika Anda cukup beruntung dan disadarkan, Anda akan tahu mengapa bahasa yang paling indah adalah bahasa yang tak terucapkan, dan mengapa perubahan yang paling baik adalah perubahan yang tidak disadari.

Musyawarah Burung oleh Faridu'd-din Attar

Penyair Sufi - Si Penyebar Wangi. Attar --yang berarti si penyebar wangi-- adalah nama julukan penyair besar Sufi Faridu'd-Din Abu Hamid Muhammad bin Ibrahim. Dia lahir di Nisyapur, Persia Barat Laut (tempat kelahiran Umar Khayyam) pada tahun 1120, dan meninggal pada tahun 1230 setelah mencapai usia 110 tahun. Ia gugur ketika pasukan Mongol menyerbu daerahnya. Musyawarah Burung (1184-1187) yang tertulis dalam gaya sajak alegoris ini, melambangkan kehidupan dan ajaran kaum Sufi.
Daging Zen Tulang Zen oleh Paul Reps

Zen kuno sedemikian segarnya sehingga dirawat dan diingat selalu. Di sini aroma dari kulit, daging, tulang, tetapi bukan sumsumnya --tidak akan pernah ditemukan di dalam bentuk kata-kata.
Metoda blak-blakan dari Zen telah menjadikan banyak orang percaya bahwa ajaran ini berakar dari sejumlah sumber sebelum zaman Sang Buddha, 500SM. Permasalahan mengenai pikiran kita, menghubungkan kewaspadan sadar dan bawah sadar, membawa kita ke dalam kehidupan nyata sehari-hari. Beranikah kita membuka pintu diri kita terhadap sumber kehidupan kita ini? Untuk apakah daging dan tulang itu? -- Paul Reps
Berbasa-basi Sejenak, Doa Sang Katak, Burung Berkicau oleh de Mello

Buku-buku Pater Anthony de Mello, SJ ditulis dalam konteks keanekaragaman agama untuk membantu para penganut agama-agama yang lain, para agnostik, dan para ateis dalam upaya mereka mencari nilai-nilai rohani; dan buku-buku itu tidak dimaksudkan pengarangnya sebagai pegangan untuk mengajarkan doktrin atau dogma Kristen kepada umat beriman Katolik.
Catatan dari Alam Gaib oleh Abdul-Husain Dastghib

Salah satu pilar keimanan dalam Islam adalah percaya akan adanya hal-hal yang gaib. Kisah-kisah dalam buku ini sedikit banyak memuat catatan-catatan dari alam gaib. Semua itu akan membuat kita tidak berputus asa terhadap apa-apa yang menimpa kita dan selalu menaruh harapan kepada Allah SWT.
Deru Campur Debu oleh Chairil Anwar

Kumpulan syair Chairil Anwar --penyair besar Indonesia-- di zaman awal terbentuknya negara Indonesia.
Lain-lain


Catatan Dari Hati
Amril Taufiq Gobel
06 May 2011 — 03:05 { Posts RSS } { Comments RSS }
KEJUJURAN KUNCI KEBAHAGIAAN RUMAH TANGGA
15Posted 11 Apr 2011 — by amriltg
Category Kisahku
Ustadz Syuhada Memimpin Pengajian
Sabtu malam, 9 April 2011, bertepatan dengan perayaan ulang tahun saya ke 41, kami sekeluarga berinisiatif melaksanakan pengajian/pembacaan surat Yaasin di rumah sebagai wujud rasa syukur, selain atas bertambahnya usia saya juga merayakan Ulang Tahun Perkawinan saya dan istri ke-12 yang jatuh pada tanggal 10 April 2011. Kami pernah mengadakan acara serupa 4 tahun silam dan tahun ini kami melaksanakannya kembali tentu tidak hanya dalam spirit “merayakan ultah” tapi juga sebagai sarana refleksi diri bahwa secara substansial umur kami sesungguhnya berkurang hingga menuju ujung usia yang entah kapan bakal terjadi.Pengajian ini mengingatkan kita semua agar senantiasa mematuhi ajaran agama secara intens dan konsisten.

Sejak pagi, kami sekeluarga dibantu keluarga kakak dan adik ipar, bahu membahu mempersiapkan hidangan yang akan disajikan pada malam pengajian.

Alhamdulillah. acara yang dimulai pukul 19.30 (ba’da Isya) tersebut dihadiri oleh sekitar 30-an orang antara lain tetangga-tetangga saya, pengurus RT 02, blogger Cikarang, Guru-gurunya Rizky di SDIT An-Nur serta sahabat-sahabat alumni Teknik Mesin Unhas yang berdomisili di Cikarang Baru.

Dipimpin oleh Ustadz Syuhada, acara pengajian berlangsung khidmat. Kami membaca surat Yaasin yang diperuntukkan bagi Almarhum/Almarhumah keluarga yang telah mendahului kami kemudian dilanjutkan dengan Tahlil serta Tausyiah yang dibawakan langsung oleh Ustadz Syuhada.

Dalam Tausyiahnya, Ustadz Syuhada memberikan gambaran, perkawinan itu ibarat mengayuh bahtera di lautan nan luas. Badai kerap menghantam hingga perahu itu oleng, Disinilah sosok lelaki sebagai suami dan pemimpin rumah tangga yang tegas dan bijak sangat dibutuhkan agar “bahtera” rumah tangga itu berjalan dengan stabil dan mampu menembus segala tantangan.Sebagai sang nahkoda, sang lelaki haruslah bertindak selaku sosok yang menjadi teladan istri dan anak-anaknya, ia juga mesti senantiasa membimbing keluarganya agar selalu menuruti kaidah ajaran agama serta menjauhi segala larangan dan kemaksiatan. Kemampuan inilah yang akan memberikan fondasi yang kokoh bagi kehidupan pernikahan.

“Kejujuran,”kata ustadz Syuhada yang memiliki 5 orang anak dari satu istri dan ternyata juga baru saja merayakan ulang tahun pernikahannya ke 12,”Adalah kunci utama kebahagiaan rumah tangga. Bila kita sudah tidak jujur pada istri dan sebaliknya juga demikian, maka malapetaka akan berada didepan mata. Sikap jujur memperlihatkan integritas seseorang. Sang suami akan diberikan kepercayaan besar oleh sang istri manakala ia senantiasa jujur mengungkapkan hal-hal yang mungkin menjadi wacana kecurigaan pasangan hidupnya tersebut dalam beraktivitas sehari-hari”.

“Keutuhan dan kemesraan rumah tangga yang dibangun atas dasar agama dan keimanan kepada Allah SWT akan langgeng dan penuh kebahagiaan. Baik istri maupun suami memiliki peran yang setara dalam bermitra sebagai pasangan yang tidak hanya sekedar mengasuh atau mendidik anak belaka, namun juga dalam dimensi kehidupan sehari-hari dan interaksi bersama masyarakat sekelilingnya “, kata Pak Ustadz yang berdomisili tidak jauh dari rumah saya tersebut.

Rangkaian acara pengajian dirumah kami ditutup dengan pembacaan doa, dan setelah bercengkrama dan bersilaturrahmi sejenak kawan-kawan saya yang hadir dalam acara pengajian tersebut kembali kerumah masing-masing pukul 21.30 WIB. Sungguh ini menjadi perayaan ulang tahun yang mengesankan buat saya dan keluarga.
Alloh telah menciptakan segala sesuatu berpasang pasangan . Demikian juga manusia juga di ciptakan berpasang pasangan maka disunahkan oleh Rosululloh untuk menikah , dan membentuk suatu rumah tangga yang dilandasi dengan cinta dan kasih sayang agar mereka merasa tentram. dan itu bisa tercipta karena adanya komunikasi yang baik antara suami istri .juga harus tau peran tanggung jawab masing masing dan mengetahui hak dari pasangannya .namun jangan lupa inti pokok untuk saling mendukung demi meningkatkan ketaqwaan kepada Alloh SWT agar benar benar mendapat Rido dari Nya.
" Dan diantara tanda tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri istri dari jenismu sw\endiri supaya kamu cenderung tentran kepadanyadan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih sayangsesungguhnya pada yang demilian tu bener benar terdapat tanda tanda bagi kaum yang mau berfikir.

Untuk meningkatkan kebahagian rumah tangga :

- Mengunjungi tempet tempat saat berpacatan / kenangan masa lalu
- Melihat drama drama keluarga yang romantis
- Bercermin pada lingkungan keluarga yang bahagia
- Menghormari pendapat pasangan dan saling terbuka
- Pandai pandai menjaga ucapan dan sikap

" dan yang lebih utama adalah sholat makmum adalah kunci kerukunan rumah tangga "